Turjangun, 53, warga Desa Amongrogo, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang, sejak tahun 2010 berkecimpung dengan kotoran ternak. Ia mulai merintis pembuatan biogas di kandang kerbau milik tetangganya. Hingga kini ia sudah mempelopori pembuatan 400-an biogas di Jawa Tengah. Mulai Blora hingga Cilacap.
Siapa sangka, di pelosok desa yang jauh dari pusat kota Batang ada kompleks pengolahan limbah dan edukasi terpadu. Lokasinya di Dukuh Manggisan, berada di tengah hamparan persawahan yang luas Desa Amongrogo, Kecamatan Limpung. Ada tiga bangunan besar di sana. Yaitu madrasah, balai latihan, dan pusat pengolahan kotoran ternak.
Kompleks terpadu itu digagas Turjangun, kader penggerak organisasi Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama Jawa Tengah (LPPNU Jateng). Ia punya angan-angan besar mengembangkan Dukuh Manggisan menjadi pusat edukasi terpadu.
Ia punya motivasi, walaupun di tengah sawah, jangan sampai orang Indonesia tertipu prodak dari luar gara-gara tidak tahu bahasa. Angan-angan itu mulai terwujud berawal dari pengolahan kotoran ternak. Menggunakan kocek pribadi, tahun 2010 ia membuat piranti pembuatan biogas di kandang kerbau tetangganya. Sapaannya adalah Pak Tur. Ia menjelaskan, tempat penampungan kotorannya mampu menampung 20 kubik. Memanfaatkan empat ekor sapi, biogas yang dibuat bisa tersalur ke empat rumah.
Empat keluarga bisa memasak menggunakan kompor biogas hasil kotoran sapi. Tapi sayang, biogas sudah tidak beroperasi sejak beberapa tahun lalu. Kerbaunya sudah dijual pemiliknya.
Proses membuat biogas itu penuh perjuangan. Ia harus membeli satu truk kotoran ternak untuk dimasukkan ke sumur penampungan. Itu dilakukan untuk memancing gas, supaya bisa keluar saat pemilik ternak memasukkan kotorannya. Ia pun tidak bisa berbuat banyak, kala hasil karyanya itu kini telah fakum.
Berawal dari biogas itu, ia terus membangun biogas di berbagai daerah di Jawa Tengah. Total ada 400-an biogas yang digagasnya. Dibangun mulai dari Blora hingga Cilacap. Namun di Kabupaten Batang sendiri hanya ada satu di tetangganya tersebut.
Melihat limbah kotoran padat hasil biogas yang tidak termanfaatkan, Pak Tur kepikiran membuatnya menjadi pupuk. Bekas kolam renang yang dibangun di tengah sawah disulapnya menjadi tempat penampungan kotoran. Kami pun berkeliling di lokasi penampungan tersebut. Luasnya setara dengan lapangan futsal.
Bau fermentasi mendominasi udara di sana. Puluhan tandon besar penuh terisi pupuk cair. Ribuan liter pupuk cair itu siap dikemas dalam botol 1 liter. Pusat pengolahan pupuk organik cair itu tiap kali produksi butuh waktu 21 hari. Sekali produksi bisa menghasilkan 5.300 liter pupuk organik cair.
Melalui pupuk itu, saat produksi ia bisa mempekerjakan 15 hingga 50 orang menyesuaikan pesanan. Sementara bahan baku pembuatan pupuk organik itu didapatkan dari Kabupaten Batang dan luar daerah. Ia punya gambaran bahwa petani harus bisa merdeka tani. Pupuknya tidak perlu membeli, tapi membuat sendiri.
Konsep tersebut dikampanyekannya ke berbagai wilayah di Jawa Tengah. Melalui NU, dibuatlah kelompok Kadang Tani Sarwo Tulus di setiap ranting NU tingkat desa di Jawa Tengah. Sementara pasarnya melalui Koperasi Serba Usaha Jagat Kamulyan.
Tak sampai di situ, Dukuh Manggisan kini dijadikan sebagai kampung pusat bahasa, seperti di Pare, Kediri, namun dengan konsep bahasa lebih banyak. Sarana edukasi itu mulai dibuka sejak tahun 2020 sebelum pandemi covid muncul. Ratusan orang telah belajar di sana. Pembelajarannya kini dilakukan di balai pelatihan PC NU Dukuh Manggisan.
Sebelumnya kampung bahasa hanya menerima murid dari lingkungan sekitar. Alasannya untuk menghindari penyebaran covid. Namun sejak Lebaran Idul Fitri tahun ini, peserta dari berbagai daerah sudah diperbolehkan.
"Harapannya ini sebagai percontohan nasional. Jadi tidak hanya Kampung Inggris, tetapi juga mencakup berbagai macam bahasa asing lainnya. Saat ini ada lima bahasa asing yang dipelajari. Yaitu, Inggris, Arab, Mandarin, Jepang, dan Jerman," Turjangun.
Pembelajaran di sana gratis, alias tidak dipungut biaya. Ia berujar ada satu rencana jangka panjangnya yang menjadi rencana jangka pendek. Ia berharap di masa mendatang bisa membuka kampus internasional di Dukuh Manggisan. Salah satu kampus dari Australia sudah berbicara kepadanya, akan membuka kampusnya di Dukuh Manggisan.
(Pegiat Literasi Batang)